Permainan Tradisional "Sunda Manda atau Engklek"



Seputar Sunda Manda atau Engklek 

oleh Yuliana Eka Saputri


Dalam Penelitian oleh (Iswinarti, 2007) menyebutkan telah menemukan 43 variasi nama untuk permainan engklek, diantaranya sebagai berikut: hopscotch (Inggris), engklek (Jawa), Asinan, Gala Asin (Kalimantan), Intingan (Sampit), Tengge-tengge (Gorontalo), Cak Lingking (Bangka), Dengkleng, Teprok (Bali), Gili-gili (Merauke), Deprok (Betawi), Gedrik (Banyuwangi), Bak-baan, Engkle (Lamongan), Bendang (Lumajang), Engkleng (Pacitan), Sonda (Mojokerto), Tepok Gunung (Jawa Barat), dan masih banyak nama lain.
            Adapun jenis atau bentuk engklek yang telah teridentifikasi dalam penelitian Iswinarti (2007) ada 11 bentuk, yaitu sebagai berikut: 1) Engklek bentuk kupingan, kapal balasan, sondah kapal, ebrekan; 2) Engklek bentuk gunung, gunungan; 3) Engklek bentuk palang merah; 4) Engklek bentuk sorok; 5) Engklek bentuk sorok (variasi lain); 6) Engklek bulet payung; 7) Engklek bentuk pa’a; 8) Engklek bentuk orang-orangan; 9) Engklek bentuk baling-baling; 10) Engklek bentuk TV; 11) Engklek bentuk menara.
            Dalam prosedur permainan engklek ini secara umum pemain harus mengangkat satu kaki dan melompat dengan satu kaki lainnya untuk melewati kotak-kotak dalam bidang/area permainan. Permainan ini membutuhkan gacu (berupa pecahan genting, pecahan keramik, atau uang logam) untuk dilempar sebagai tanda keberadaan pemain. Dalam tingkatan yang lebih tinggi pemain harus membawa gacu di atas telapak tangan dan menaruh di atas kepala sambil melompat dengan satu kaki. Ada berbagai variasi dalam hal aturan permainan dan prosedur permainan dalam engklek ini. Variasi ini juga terjadi pada bentuk engklek yang berbeda.
            Adapun cara memainkan permainan engklek ini, yaitu:
1.    Pertama kali yang harus dilakukan sebelum melakukan permaian engklek adalah   menggambar bidang engklek terlebih dahulu.
2.   Kemudian pemain harus melakukan hompimpah (teknik pengundian dengan telapak tangan) untuk menentukan urutan siapa yang jalan terlebih dahulu. Hompimpah di sini harus ditentukan yang berbeda pertama jalan memulai permainan atau jalan terakhir. Biasanya yang berbeda dalam hompimpah akan jalan terlebih dahulu. Kemudian pemain selanjutnya berdasarkan berbedaan hompimpah kedua, ketiga, dan seterusnya. Jika permainan dilakukan oleh dua orang, maka cukup dilakukan suit.
3.  Untuk dapat bermain, setiap anak harus mempunyai gacu (berupa pecahan genting, pecahan keramik, ataupun uang logam).
4.   Para pemain harus melompat dengan menggunakan satu kaki di setiap kotak-kotak/petak-petak yang telah digambarkan sebelumnya di tanah.
5.   Gacu dilempar ke salah satu petak yang tergambar di tanah, petak dengan gacu yang sudah berada di atasnya tidak boleh diinjak/ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada.
6.   Pemain tidak diperbolehkan untuk melemparkan gacu hingga melebihi kotak atau petak yang telah disediakan. Jika ada pemain yang melakukan kesalahan tersebut, maka pemain tersebut akan dinyatakan gugur dan diganti dengan pemain selanjutnya.
7.  Pemain yang menyelesaikan satu putaran sampai di puncak bidang, megambil gacu dengan membelakangi bidang dan menutup mata, serta tidak boleh menyentuh garis. Apabila pemain tersebut menyentuh garis/terjatuh saat mengambil gacu, maka dia mati dan digantikan pemain selanjutnya.
8.  Apabila pemain berhasil mengambil gacu di puncak bidang, maka dia harus melemparkannya keluar dari bidang engklek. Kemudian pemain tersebut engklek sesuai dengan kotak dan diakhiri dengan berpijak pada gacu yang dilemparkan tadi.
9.    Selanjutnya apabila berhasil pemain lanjut ke tahap mencari sawah dengan cara menjagling gacu dengan telapak tangan bolak-balik sebanyak 5 kali tanpa terjatuh. Hal ini dilakukan dalam posisi berjongkok membelakangi bidang engklek dan berada di tempat jatuhnya gacu yang tadi dilempar. Setelah berhasil menjagling sebanyak 5 kali pemain masih dalam posisi yang sama melemparkan ke bidang engklek, apabila tepat pada salah satu bidang engklek maka bidang tersebut menjadi sawah pemain. Dan apabila pemain gagal, maka dia mengulangi kembali dari puncak/gunung.
10.  Pemain yang memiliki sawah paling banyak adalah pemenangnya.

       Permainan engklek ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya:
a.   Melatih motorik kasar. Permainan engklek ini dapat melatih dan meningkatkan perkembangan motorik kasar pada anak, yaitu melatih keaktifan gerak, melenturkan tubuh, melatih ketahanan tubuh.
b.    Sarana olahraga yang menyehatkan tubuh. Permainan ini sekaligus dapat dijadikan olahraga yang menyehatkan tubuh karena kita dapat melatih pernapasan, melatih ketahanan otot, dan melancarkan peredaran darah.
c.   Mendeteksi diri. Misalnya untuk mengetahui bagaimana kondisi psikologis anak apabila dalam keadaan tertekan, emosi, dan kesabaran dalam menghadapi lawan, serta untuk mengetahui kepribadian pemain.
d.   Problem solving. Yaitu kemampuan untuk mengatasi permasalahan secara pribadi oleh diri sendiri. Melalui permainan engklek ini, anak akan berlatih untuk menemuan strategi permainannya sendiri, cara untuk mendapatkan sawah dengan posisi melemparkan gacu pada tempat yang tepat.
e.    Melatih sosialisasi. Dengan permainan engklek, maka anak dapat mengenal satu sama lain. Akan terjalin komunikasi yang baik ketika dalam permainan.
f.    Melatih berpikir kreatif. Melalui permaianan engklek ini, anak akan mencoba menemukan daya kreatifnya, seperti menggunakan benda tertentu sebagai gacu dan penanda sawah, teknik berjalan engklek, dan teknik melempar gacu untuk mendapatkan sawah.

Analisis penulis:
Dilihat dari konteks situasi, kondisi, dan fenomena sosio-kultural, bahwa permainan engklek ini cukup familiar dan terkenal di seluruh Indonesia, hampir di setiap daerah memiliki permainan ini, walaupun dengan nama yang berbeda. Permainan ini banyak dimainkan khususnya di daerah pedesaan. Beberapa tahun lalu permaian ini sangat eksis dimainkan oleh sekelompok anak yang biasanya terdiri dari 2 – 6 orang. Kondisi pedesaan yang masih asri dan banyak terdapat lahan kosong menjadi faktor pendukung berkembangnya permainan ini. Biasanya permainan ini dimainkan pada sore hari menjelang/setelah Asar hingga sebelum Maghrib. Permainan ini berkembang sejak dahulu, namun kini sudah sedikit terabaikan. Kini anak telah mengenal game online yang lebih fleksible untuk dimainkan, sehingga permainan engklek mulai ditinggalkan. Walaupun begitu, masih terdapat anak-anak di daerah tertentu yang memainkan permainan engklek.
Permainan engklek ini dapat menjadi contoh aplikasi dari adanya teori tindakan, yang menyebutkan bahwa tindakan manusia tidak selalu ditentukan oleh struktur. Manusia dalam hal ini adalah anak memiliki otonominya sendiri untuk melakukan tindakan atau aktivitas bermain yang sederhana dan mengasyikkan ini. Dalam permainan ini tidak terfokus pada kultur atau budaya secara umum, melainkan disesuaikan oleh budaya yang ada di tempat tersebut, serta terjalin komunikasi yang memperlancar hubungan sosial antara satu pemain dengan pemain lainnya, seperti kesepakatan permainan.

Referensi :
Anonim. 2013. Pengertian dan Sejarah Engklek. Diunduh dari http://www.anakbawangsolo.org/2013/07/pengertian-dan-sejarah-engklek-sunda.html pada 16 April 2015



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unsur-Unsur Media Grafis

Pengaruh KKM dan Nilai UN terhadap Penerimaan Mahasiswa Baru Jalur Undangan